:
  • SELALU TERCEPAT DAN SELALU MEMAHAMI

    SELECT YOUR LANGUAGE


    Powered By Google Translate

    Pemilik Hotel Inggris Samakan Nabi Muhammad Dengan Hitler



    LIVERPOOL (Berita HALINDSHOP) – Seorang wanita dengan kekurangan fisik yang baru saja masuk Islam menjadi sasaran pelecehan agama selama satu jam oleh seorang pemilik hotel beragama Kristen setelah ia muncul dengan mengenakan kerudung.

    Ericka Tazi, 60 tahun, telah menjadi tamu di Hotel Bounty House di Aintree, Liverpool, selama satu bulan ketika ia muncul untuk pertama kali mengenakan kerudung dan sebuah gaun tradisional. Perubahan dari pakaian Barat di hari terakhir ia menginap di bulan Maret diduga menjadi penyebab berubahnya sikap sang pemilik hotel, Benjamin Vogelenzang.

    Diklaim bahwa ia meminta penjelasan apakah Tazi, yang menderita penyakit fibromyalgia dan berjalan dengan menggunakan tongkat, adalah seorang pembunuh atau "teroris". Pengadilan Magistrasi Liverpool mendengar bahwa Vogelenzang, 53, menggambarkan pakaian tradisional Muslim itu sebagai sebuah bentuk "kekangan" dan simbol dari "penindasan" sebelum kemudian menuduh Nabi Muhammad sebagai "panglima perang" dan membandingkannya dengan Saddam Hussein dan Adolf Hitler.

    Anggota Institut Kristen berada di luar pengadilan, menyanyikan puji-pujian sebagai bentuk dukungan bagi pemilik hotel dan istrinya Sharon, 54, yang dua-duanya membantah tuduhan, berdasarkan UU Ketertiban Umum tahun 1986, menggunakan kata-kata ancaman, melecehkan, dan menghina yang menjengkelkan secara religius.

    Memberikan bukti di hari pertama dari dua hari persidangan, Tazi mengenakan kerudung dan mencium serta bersumpah dengan sebuah Al Quran. Ibu dari dua orang anak ini mengatakan bahwa ia merasa trauma dan ketakutan dengan pengalamannya itu.

    Menggambarkan dirinya sebagai seorang gadis Warrington biasa yang menyukai The Beatles, ia mengatakan pernah menjadi anggota Legiun Maria Katolik dan "banyak agama lainnya" sebelum masuk Islam ketika menikah 18 bulan yang lalu.

    Vogelenzang mengikutinya ke ruang makan dan menceramahinya, klaim Tazi. Ia mengatakan, "Ia tidak bisa menerima cara saya berpakaian. Ia menertawakan saya dan tampaknya itu memicu sesuatu, saya tidak tahu kenapa. Saya terus mengatakan Saya Ericka, pakaian saya yang tampaknya memicunya. Ia menanyakan apakah saya seorang pembunuh, apakah saya penjahat. Saya seorang wanita berusia 60 tahun dengan kekurangan fisik, saya tidak dapat memahami darimana pemikiran itu berasal, itu mengejutkan saya."

    Ia mengatakan bahwa istri Vogelenzang mendengar suara keributan itu. "Sharon berlari masuk ke ruangan, ia meneriakkan kau yang memulai ini dengan pakaianmu dan ia menunjuk muka saya dan saya sangat ketakutan saat itu," ujarnya.

    Tazi, yang telah mengikuti sesi pengelolaan rasa sakit selama empat minggu di Walton Centre di Rumah Sakit Aintree, membantah telah mencoba membuat pernyataan religius dengan mengenakan kerudung atau membuat perdebatan relijius dengan tamu-tamu lain. Tazi menghubungi polisi malam itu. Ketika ditanyai oleh detektif, pasangan itu mengatakan bahwa mereka telah berbagi pandangan tentang keyakinan masing-masing. Pengadilan mendengar bahwa Sharon Vogelenzang mengatakan pada petugas bahwa ia tidak bermaksud tidak hormat ketika menyebut kerudung Tazi sebagai sebuah kekangan.

    Ia mengatakan bahwa ia merasa berkewajiban untuk merespon ketika keyakinannya ditantang dan bersikukuh bahwa ia hanya mengeksresikan keyakinannya. Benjamin Vogelenzang mengatakan bahwa ia telah menyebut seorang figur historis, namun bukan Nabi Muhammad, dan tidak bermaksud menyinggung atau menghina. Persidangan masih dilanjutkan hingga hari ini.



    Sumber : suaramedia.com


    0 komentar:

    Posting Komentar