Dr Abdullah Hakim Quick. |
Baginya, ajaran Islam sangat memukau, terutama bahwa Islam tidak mengenal perbedaan ras.
Abdullah Hakim Quick lahir dari keluarga Kristiani yang sangat taat beribadah dan pekerja keras.
Dengan demikian, sejak kecil pria yang dilahirkan di Boston, Amerika Serikat (AS), ini mempelajari nilai-nilai kebaikan yang diberikan keluarganya.
Sejak muda pun dia telah percaya akan kehadiran Tuhan, sementara banyak pemuda seusianya menolak percaya bahwa ada kekuatan yang lebih besar dibanding alam semesta.
"Saya berdoa sepanjang waktu dan menerima konsep Tuhan yang diajarkan Kristen dengan baik," tuturnya.
Namun, jiwa mudanya tak luput dari keinginan yang luar biasa besar untuk mengetahui lebih dalam makna penghambaan akan Tuhan. Seiring berjalannya waktu, Quick yang saat itu baru berusia 17 tahun mulai mempertanyakan Tuhan yang dia sembah.
Sejumlah ritual yang diselenggarakan oleh agamanya saat itu mulai tidak masuk akal baginya. "Banyak orang menerima saja apa yang harus dilakukan sebagai penganut sebuah agama. Mereka menganggap pertanyaan yang tidak mampu dijawab oleh agamanya sebagai misteri. Sehingga, tidak perlu dicari jawabannya," katanya.
Quick bukanlah orang yang senang mengesampingkan rasa penasaran dalam dirinya. Keinginannya yang besar untuk mengetahui lebih banyak tentang agamanya dan konsep ketuhanan yang sesungguhnya membuat dia berhadapan dengan tumpukan buku, film dokumenter, dan ratusan informasi dari majalah ataupun koran yang dibacanya.
"Beruntung ketika itu saya tinggal di dekat sejumlah universitas besar di AS, seperti MIT atau Cambridge, sehingga saya memiliki akses yang besar terhadap ilmu pengetahuan. Sebab, perpustakaan di universitas-universitas tersebut terbuka untuk umum," tutur pria yang pernah menjabat sebagai direktur Discover Islam Centre di Cape Town, Afrika Selatan, dan penasihat khusus pada Kementerian Hubungan Islam di Bahrain ini.
Dia pun akhirnya tak sebatas mempelajari agamanya, tetapi menengok agama lain di luar Kristen. Ia pun berusaha mengenal dunia di luar Amerika. Dia mengawali pencariannya dengan mempelajari asal usul nenek moyangnya yang berasal dari Afrika.
"Ketika itu pula saya mengenal tentang Kerajaan Mali. Sebuah kerajaan besar di Afrika yang mengenal Islam sebagai agama utama," katanya.
Quick kemudian malah penasaran dengan Islam. Mengapa kerajaan hebat itu memilih Islam sebagai landasan spiritualitas mereka.
0 komentar:
Posting Komentar