JAKARTA, -- Keragaman budaya Indonesia merupakan modal besar untuk membawa bangsa ini maju sejajar dengan negara-negara besar lainnya. Untuk itu, modal yang besar ini perlu dimaksimalkan melalui gerakan memberdayakan potensi budaya sebagai sarana kemajuan bangsa.
Perwujudan keragaman budaya Indonesia sebagai potensi untuk memajukan bangsa, antara lain disampaikan dalam gagasan Penyerbukan Silang Antarabudaya (Cross Cultural Fertilization) yang dipopulerkan Yayasan Nabil yang dimotori oleh Drs Eddie Lembong. Jadi, saripati-saripati budaya lokal yang berkualitas dan memiliki nilai dorong kemajuan dapat diserbukkan dengan nilai-nilai budaya lain, baik yang terdapat di bumi Indonesia, maupun dari manca negara.
Ketua Harian Nabil Society Aan Rukmana berharap, dengan Penyerbukan Silang Antarbudaya tersebut, Indonesia akan memiliki kebudayaan baru yang unggul dan tampil percaya diri menjadi bangsa besar, yang disegani oleh bangsa-bangsa lainnya.
"Gagasan ini terinsipirasi dari satu buku penting berjudul Culture Matters: How Values Shape Human Progress (2000) yang yang disunting oleh Harrison dan Huntington. "Di sini ditekankan bahwa kebudayaan memiliki peran sangat signifikan dalam memajukan atau menurunkan kualitas hidup suatu bangsa. Artinya, untuk memajukan Indonesia kita harus dapat melakukan Penyerbukan Silang Antarbudaya," tutur Aan, Senin (25/6/2012).
Namun, bagaimana gagasan Penyerbukan Silang Antarbudaya dapat diimplementasikan selaku pembawa kemajuan dalam konteks Indonesia yang memiliki unsur-unsur kebinekaan yang sangat kental? Nilai-nilai budaya apa sajakah yang dapat diserbukkan guna menopang kemajuan Indonesia dan bagaimana cara mewujudkannya? Strategi Kebudayaan seperti apakah yang ditawarkan Penyerbukan Silang Antarbudaya ini?
Untuk mendiskusikan lebih lanjut berbagai isu di atas, Nabil Society, satu unit organisasi yang berada di bawah naungan Yayasan Nabil, bekerja sama dengan Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Sumatera Utara (USU), Harian Kompas, dan LP3ES, akan mengadakan seminar publik Cross Cultural Fertilization: Sebuah Strategi Kebudayaan pada Kamis (28/06/2012). Seminar dilangsungkan di Ruang Sidang FISIP USU pada pukul 09.30-12.00 WIB.
Seminar tersebut menghadirkan para pembicara Dr Anhar Gonggong (Sejarawan) dengan tema Cross Cultural Fertilization Sebagai Strategi Membangun Kebudayaan Bangsa; Dr Budi Agustono (Dosen Fakultas Ilmu Budaya USU) yang membahas Cross Cultural Fertilization Sebagai Jalan Keluar dari Krisis Identitas Bangsa; dan Dr Sofyan Tan (Aktivis Pendidikan dan Kebudayaan Sumatera Utara) dengan bahasan Cross Cultural Fertilization Sebagai Titik Temu Agama-Agama di Indonesia.
Editor : Nasru Alam Aziz (KOMPAS.com)
0 komentar:
Posting Komentar