Tariq Ramadan |
AMERIKA - Tariq Ramadan, seorang Ulama dan Sarjana Swiss yang terpandang, telah menyelesaikan segala tugasnya di Universitas Notre Dame pada 2007, namun pemerintahan Bush melarangnya untuk memasuki negara tersebut. Pemerintah mengatakan dia telah terlibat dalam pengumpulan dana yang diyakini memiliki hubungan dengan terorisme.
Hakim federal didukung pemerintahan telah menerima kasus tersebut pada Desember 2009, dan pada Selasa lalu untuk kedua kalinya mengajukan banding ke Kehakiman Amerika Serikat di New York.
Saat ini, untuk menghindari terjadinya hal serupa, sebuah kelompok gabungan akademik dan kebebasan kelompok sipil meminta pemerintahan Obama untuk memutuskan kebijakan Bush dalam menahan visa asing dari beasiswa untuk warga asing, aktivis dan penulis.
Dalam surat yang dirilis Rabu lalu, kelompok tersebut mengatakan ideologi As seharusnya "berkompromi dengan akademik dan perdebatan politik di AS pada saat ini merupakan perdebatan yang sangat penting."
Setelah ditolak masuknya Profesor Ramadan, Persatuan Warga Sipil Amerika serta beberapa organisasi yang tertarik dalam kasus ini, termasuk American Academy of Religion, American Association of University Professors, dan PEN American Center mengatakan mereka memiliki hak Amandemen Pertama untuk mendengar Profesor Ramadan yang telah mengunjungi Amerika belasan kali dalam tahun sebelum visanya diblokir.
Pemerintah awalnya melarang masuk Ramadan dengan menuduhnya telah melanggar ketentuan hukum anti-teroris yang dibuat USA Patriot Act, yang mengizinkan pihak berwenang untuk mengeluarkan orang asing yang memiliki "posisi menonjol di setiap negara untuk mendukung atau menyertai kegiatan teroris." Setelah perkara tersebut diurus, pemerintah menyatakan bahwa dari tahun 1998 sampai tahun 2002, Ramadan telah menyumbangkan sekitar $ 1300 kepada badan amal Association de Secours Palestinien di Swiss yang lalu dituduh memberikan dana mereka untuk kelompok pejuang Hamas.
Dalam beberapa kasus serupa, akhir Juli tahun lalu, pemerintah mengatakan bahwa kedua pengadilan tidak memiliki wewenang untuk mengambil keputusan dan Mahkamah Agung telah berulang kali mengizinkan pemerintah untuk menghalangi masuknya pendatang asing karena sudut pandang mereka. Namun pemerintahan Obama menolak untuk mengurus perkara tersebut.
Pembatasan masuknya pendatang ke AS bukanlah hal baru: selama perang dingin, penulis Gabriel García Márquez, Pablo Neruda, Doris Lessing, dan beberapa lainnya, dilarang masuk. Badan kongres mencabut hukum tersebut pada tahun 1990, namun hukum USA Patriot Act, yang diadopsi tahun 2001 dan 2008, mengizinkan pemerintahan untuk menolak masuknya pendatang yang dianggap berasal dari "negara teroris".
Francine Prose, Presiden dari PEN American Center, menyebut Ramadan sebagai jubir yang penting dan pandai bicara yang harus diizinkan kembali ke AS. Cary Nelson, Presiden dari American Association of University Professors, berkata, "Sangat penting bagi kami untuk melihat Muslim modern sebagai jalan kami melihat dunia Islam."
Beberapa kali Ramadan mengeluarkan komentar pedas dengan mengatakan adalah kesalahan pemerintah untuk membuatnya keluar dari negara tersebut. Pada tahun 2009, Paul Berman, penulis di New York University, menanggapi pendapat Ramadan di The New Republic, menyebut Ramadan telah menyamarkan ajaran Islam Radikal dengan modernisasi. Namun minggu ini Berman mengatakan dalam e-mail menyebutkan bahwa adalah keputusan bodoh bagi pemerintahan Bush untuk menolak Tariq Ramadan memasuki AS."
"Perdebatan yang bebas adalah jalan keluar yang terbaik bagi semua orang," tulisnya.
Jameel Jaffer, Direktur National Security Project dari Persatuan Kebebasan Sipil menuturkan bahwa poin penting dari Amandemen Pertama adalah untuk memberikan izin bagi setiap orang untuk menyampaikan pikiran yang bernilai untuk didengarkan.
"Pemerintah tidak seharusnya memiliki kekuasaan tersebut," Jaffer mengatakan, "Dan tidak di bawah Amendemen Pertama ."
Sumber : suaramedia.com
0 komentar:
Posting Komentar