ilustrasi |
Raja lalu mengumpulkan seluruh penduduk di satu tempat dan menyalib si pemuda. Sang raja lalu melakukan hal persis yang diperintahkan si pemuda.
Dan, ketika sang raja melepaskan panahnya dan mengenai pelipis si pemuda, darah mengucur dan ia tewas seketika. Serta merta rakyat banyak yang melihatnya segera berkata, “Kami beriman kepada Rabb si pemuda.”
Demi melihat kejadian itu, raja itu pun didatangi pengikutnya. “Apakah Anda sudah melihat apa yang Anda khawatirkan sudah terjadi. Orang banyak sudah beriman kepada Allah,” ujarnya.
Sang raja lalu memerintahkan agar penduduk menggali parit besar dan menyalakan api di dalamnya. “Siapa yang tidak mau keluar dari keyakinannya, bakarlah hidup-hidup dalam parit itu!” perintah raja.
Satu per satu penduduk menceburkan diri ke dalam parit berapi untuk membuktikan keimanannya. Hingga diseretlah seorang perempuan yang menggendong bayi. Perempuan itu mundur melihat api yang menyala-nyala, khawatir dengan bayinya.
Seperti diceritakan dalam hadis yang diriwayatkan oleh Ahmad, Muslim, dan an-Nasa’i, tiba-tiba berkatalah sang bayi, “Wahai ibunda, bersabarlah karena sesungguhnya engkau di atas al-haq.”
Allah menceritakan kisah penduduk yang beriman itu dalam surah al-Buruj. “Demi langit yang mempunyai gugusan bintang, dan hari yang dijanjikan, dan yang menyaksikan dan yang disaksikan. Binasa dan terlaknatlah orang-orang yang membuat parit (ashabul ukhdud). Yang berapi (dinyalakan dengan) kayu bakar, ketika mereka duduk di sekitarnya, sedang mereka menyaksikan apa yang mereka perbuat terhadap orang-orang yang beriman...”
Sumber : ROL
0 komentar:
Posting Komentar