Dalam kesempatan kali ini, akan kami bagi sedikit tentang pembahasan “musibah”. Musibah yang identik dengan kesedihan, penderitaan, kesakitan dan segala efek serta dampak negatif lainnya. Sungguh kami tercengang ketika membaca sebuah hadits berkenaan dengan “Pahala musibah” ini. Dalam sebuah buku/kitab “Syarah syeikh muhammad nawawi aljawi-Nashoihul ibad”, yang disusun oleh syihabuddin ahmad ibn hajar al-asqolani-[edisi revisi oleh alwi abu bakr alqof, terbitan Dar alkutb al-islamiyah]-hlmn 46, Rasululloh SAW bersabda :
Artinya : Pada hari kiamat nanti mizan(timbangan amal) akan ditegakkan, lalu: [1]. orang yang sholat akan dihadirkan untuk ditimbang amalnya, kemudian diberikan kepada mereka, pahala shalat secara sempurna,[2]. orang yang sedekah akan dihadirkan untuk ditimbang amalnya, kemudian diberikan kepada mereka, pahala sedekah secara sempurna, [3]. orang yang puasa(dalam redaksi yang berbeda disebutkan “orang yang berhaji”), akan dihadirkan untuk ditimbang amalnya, kemudian diberikan kepada mereka, pahala sedekah secara sempurna. [4]. orang yang tertimpa musibah, (berbeda dengan yang sebelumnya) mereka tidak ditimbang amalnya dan mereka tidak diperiksa, namun mereka akan diberikan pahala tanpa batas, sehingga mereka yang dulunya tidak pernah tertimpa musibah mengharapkan sekiranya mereka dahulu termasuk golongan mereka yang tertimpa musibah, dikarenakan banyaknya pahala dari Alloh Ta’ala yang diperoleh oleh mereka yang dulunya tertimpa musibah.
Subhanalloh. “laa tahzan, innalloha ma’ana”( Jangan bersedih, Karena sesungguhnya Alloh bersama kita), mungkin hanya inilah komentar yang bisa kami berikan. Di samping kita senantiasa berdo’a agar senantiasa dijauhkan dari musibah sebagai salah satu bentuk “taqorrub” [pendekatan diri] kepada Alloh, pun jua kita akan diberikan pahala tanpa batas, jikalau kita diuji dengannya (musibah). benar apa yang disampaikan oleh Rasululloh mengenai karakter seorang mukmin, yakni “sungguh menakjubkan”, mereka memiliki mental yang kuat, senantiasa bersyukur dalam nikmat dan bersabar dalam cobaan (musibah/ujian), sehingga tercermin dalam pribadi mereka seseorang yang tangguh dalam tiap keadaan dengan bersandar dan bertuju pada Alloh semata[tauhid secara kaffah].
Wallohu a’lamu bisshowab.
0 komentar:
Posting Komentar