:
  • SELALU TERCEPAT DAN SELALU MEMAHAMI

    SELECT YOUR LANGUAGE


    Powered By Google Translate

    Seluruh Dunia Perbincangkan Hubungan Islam - Barat !



    MELBOURNE – Delapan ribu orang yang mewakili berbagai agama di dunia bertemu di Melbourne pada hari Kamis, 22 November, untuk mendiskusikan keharmonisan antar-agama, dengan fokus khusus pada Islam dan hubungannya dengan Barat.

    "Akan terdapat 40 program tentang Islam dan Barat," ujar Dirk Ficca, direktur Parlemen Agama-agama Dunia, kepada BBC News Online.

    Pendeta Presbysterian Amerika mengatakan para pembicara akan berusaha meluruskan kesalahpahaman tentang keyakinan kaum Muslim itu.

    "Kami ingin memberikan kesempatan awal kepada para akademisi dan pemimpin Islam terkemuka untuk berbagi mengenai Islam."

    Acara yang berlangsung selama satu minggu itu, dan digelar setiap lima tahun sekali, melibatkan 800 pembicara dalam 700 panel diskusi, lokakarya dan ceramah, juga ibadah dan acara musik.

    Tujuan dari even tersebut adalah untuk memupuk keharmonisan antar komunitas spiritual dan agama serta memelihara keterlibatan mereka dengan dunia.

    Mereka yang hadir dalam acara itu antara lain akademisi Muslim dari Swiss Tariq Ramadan, uskup Katolik dari Sydney George Cardinal Pell, mantan presiden AS Jimmy Carter, dan pemimpin spiritual Tibet, Dalai Lama.

    Even ini diselenggarakan di tengah gonjang-ganjing dunia mengenai larangan Swiss terhadap pembangunan menara Masjid.

    Parlemen Agama-agama Dunia adalah sebuah perkumpulan antar-agama yang mewakili berbagai keyakinan di dunia.

    Dr. Sakena Yacoobi, pimpinan Learning Institute Afghanistan, akan menjelaskan kepada para peserta pentingnya pendidikan dalam Islam.

    "Orang-orang yang mengatakan bahwa Islam menentang pendidikan adalah orang-orang yang tidak peduli," ujarnya kepada surat kabar The Age.

    "Ayah saya buta huruf namun beliau mengijinkan saya untuk memperoleh pendidikan, dan beliau bukan satu-satunya yang seperti itu."

    Yacoobi, 59, melarikan diri dari Afghanistan setelah invasi Soviet tahun 1979 dan mendapat gelar doktoralnya dari AS pada tahun 1990.

    Ia kemudian kembali ke Pakistan di mana ia bekerja selama empat tahun di kamp pengungsian.

    Bertekad memperjuangkan pendidikan bagi perempuan, Yacoobi menyelinap ke Afghanistan di tahun 1995, mendirikan sejumlah sekolah bawah tanah untuk mendidik anak-anak perempuan.

    "Masyarakat Afghanistan mempercayai dan melindungi kami karena kami bekerja untuk kalangan akar rumput sesuai dengan budaya dan tradisi yang ada."

    Yacoobi, yang institutnya telah mendidik 6.8 juta wanita dan anak-anak perempuan, mengatakan bahwa kaum wanita Afghan telah membuat perkembangan dalam meraih hak-haknya.

    "Dengan kembalinya Taliban seharusnya mereka merasa takut dan tetap tinggal di dalam rumah, namun mereka tidak. Mereka keluar rumah di pagi hari untuk pergi bekerja atau sekolah, mereka mempelajari banyak keahlian, memiliki posisi di parlemen, mereka mendapat pendidikan untuk menjadi dokter atau pengacara," ujarnya.

    "Mengagumkan bagaimana kaum wanita dapat bertahan. Itu karena kami adalah bangsa yang relijius dan memiliki keyakinan kuat terhadap Tuhan dan melihat Nabi Muhammad sebagai suri tauladan."


    Sumber : (Berita SuaraMedia) 


    0 komentar:

    Posting Komentar