Turki mencabut pelarangan jilbab bagi siswi sekolah. Kebijakan ini menandakan secara perlahan sekulerisme yang telah mendarah daging selama beberapa puluh terakhir dibabat dari Turki.
Pendidikan merupakan medan laga utama antara kaum religius yang menjadi pendukung Perdana Menteri Recep Tayyip Erdogan dengan kelompok sekuler yang menuduh Erdogan sedang menjalankan nilai-nilai Islam secara diam-diam.
Kelompok-kelompok sekuler ketakutan ketika Erdogan memberikan pernyataan terbuka dengan menyebutkan bahwa munculnya kaum muda religius dan AKP (Justice dan Development Party) memperkenalkan sistem pendidikan dengan memperkuat peran sekolah-sekolah agama.
Di bawah peraturan terbaru yang dikeluarkan pemerintah, Selasa, 27 November 2012, disebutkan bahwa siswa di sekolah-sekolah reguler diperkenankan memakai jilbab. Peraturan ini berlaku efektif pada tahun ajaran 2013-2014.
Erdogan katakan, reformasi juga menyangkut menyudahi pelarangan siswa mengenakan jilbab dalam seragam sekolah karena hal tersebut merupakan kebutuhan publik.
"Mari izinkan setiap orang mengenakan pakaian terhadap anak-anaknya seperti yang mereka harapkan," katanya dalam sebuah acara jumpa pers di Madrid, Selasa. "Di sini ada langkah yang menghasilkan sebuah kebutuhan."
Persaingan antara kelompok Islam dan sekuler merupakan salah satu masalah besar dalam kehidupan publik di Turki. Partai AK, yang dipimpin Erdogan, berakar pada kekuatan Islam yang berhasil menjinakkan militer selaku pengawal sekularisme sejak negeri ini menjadi negara republik pada 1924.
Uniknya, bulan lalu, para petinggi militer menghadiri sebuah resepsi di Istana Presiden, bersanding dengan istri presiden dan perdana menteri yang keduanya mengenakan jilbab. Kejadian seperti ini selama puluhan tahun tak pernah terpikirkan.
Kelompok Sekuler Berang
Kubu sekuler Turki tidak berdiam diri melihat gebrakan terus dilakukan kubu Islamis. Karena bagi kubu sekuler melihat kebijakan itu sebagai bukti baru usaha pemerintah melakukan Islamisasi.
Paket reformasi terbaru Erdogan dimulai pada Maret lalu. Pemerintah memperbolehkan 'imam hatip' sekolah khusus agama memasukan kurikulum pendidikan modern untuk usia 11 tahun.
Sejak itu, pendidikan menjadi ajang pertarungan sengit antara kubu Islamis dan Sekular. Dari pendidikan, perseteruan itu menyebar hingga setiap lini kehidupan masyarakat Turki. Pertarungan tidak hanya dalam level elit saja. Media juga menjadi medan pertempuran baru.
Sebagai contoh saja, Harian Sekuler Turki, 'The Cumhuriyet' mengatakan reformasi terbaru yang dilakukan PM Erdogan adalah satu langkah menuju Islamisasi Pendidikan. "Langkah itu akan berakhir dengan cadar," kata Cumhuriyet dalam halaman utama.
Serikat pendidikan The Egitim-Sem, juga ikut memanaskan suasana dengan menyebut perubahan dari peraturan tersebut akan berdampak negatif pada psikologi anak. "Perubahan dalam tata cara berpakaian memang penting tapi kita harus melihat sejauh mana intensitas sistem pendidikan dicampuri urusan agama," kata serikat tersebut dalam pernyataan resminya.
Kepala Pendidik Uni Demokrat (DES), Gurkan Avci mengatakan Turki sulit akan menyelamatkan sisitem pendidikan dari konsekuensi dari ritual, dogma dan pemikiran dari periode perang dingin sampai murid dan guru dibebaskan. "Ini sama saja menghapus peninggalan pada kudeta militer tahun 1980," kata dia.
Turki, sebelum akhirnya menjadi negara sekuler, selama berabad-abad menjadi pusat kekuasaan Islam melalui Kekhilafahan Turki Utsmani yang berpusat di Istanbul. Sejak 1924, ketika Kemal Pasha meruntuhkan Kekhilafahn dan mengganti menjadi Republik Sekuler, semua hal yang berbau Islam dihapus dan dilarang. Kini secara perlahan Turki akan menemukan jati dirinya kembali sebagai negara yang akan menerapkan sistem Islam.
Dari : shodiq ramadhan/dbs
0 komentar:
Posting Komentar