:
  • SELALU TERCEPAT DAN SELALU MEMAHAMI

    SELECT YOUR LANGUAGE


    Powered By Google Translate

    Apakah Carok Budaya Orang Madura ?



    Simbol Carok dan Fakta

    ”Lebih baik berkalang tanah, ……. mati itu lebih terhormat dari pada hidup mananggung aib/malu” sebuah ungakapan orang Madura.

    Carok adalah sebuh istilah ”bahasa” Madura kalua kita difinisikan carok merukan sebuah adekan, pertarungan, duil, yang terdiri dari dua orang atu lebih dimana hal itu dilakukan sebagai penebusan malu/membersihkan nama baik. Banyak orang menyebut carok adalah tradisi/kebudayaan orang Madura, namun menurut keterangan guru saya waktu sekolah di MAN Sumenep, ”carok bukanlah budaya/tradisi, carok dikenal oleh orang sebagai budaya/tradisi, hanya kesalahan presipsi” keterangan itu saya dapat dari guru Giografi waktu kelas X.

    Meneurutnya jika carok disebut sebagai budaya ditinjau dari unsur mana. Sementara budaya itu memiliki sebuah nilai estetika dan etik. Carok tidak ada nilai-nilai yang memuat hal itu. Carok merukapakan sebuah tindakan yang berdasar pada pelampisan dendam, amara dll. Orang yang melakukan tindakan bercarok karna mereka tidak bisa mengendalikan emosi dan keegoan mereka, mereka disulut api dendam dan amrah tanpa adanya kontrol, dan berfikir panjang terhadap tindakan yang mereka lakukan .

    Istilah carok yang identik budaya madura memang telah merata di seantero jagat. Klaim carok sebagai budaya mungkin perlu ditinjau ulang, mengingat tidak unsur estetik dan etik dalam carok itu sendiri. Kalau carok diklaim sebagai budaya, maka muncullah sebuah pertanyaan baru, mngapa carok diklaim sebagai budaya…? bagai mana proses hingga carok diklaim budaya. Disini tidak akan dibahas mengapa carok diklaim budaya. Tapi kita perlu untuk dipahami bersama adalah apa itu budaya.

    Lantas bagaimana dengan pemahaman orang yang memanganggap carok sebagai budaya/tradisi Madura, apakah itu salah ..? sebelum dijawab, alangkah baiknya kita mengenal apa itu budaya/tradisi itu sendiri. Waktu di bangku sekolah SMA, kita dikenalkan apa itu budaya dan unsur-unsurnya, (baca sosilogi budaya dan kebudayaan). Sementaa budaya menurut Raymond Williams “satau-tiga kata yang paling rumit dalam bahasa ingris” dia menawarkan tiga definisi yang sangat luas.

    Pertama ”suatau proses umum perkembangan intlektual, spritual dan etis,” kalau kita kaitkan dengan keagaman budaya yang ada di Madura kita bisa melihat perkembangan budaya madura dengan merejuk pada faktor-faktor intlektual, spritual, estetis ”filsuf aung” yang kerap dipraktekkan oleh kia’i warok, seniman dan penyair /sastrawan. hal itu merupakan rumusan budaya yang paling sederhana mudah dipahami.

    Kedua budaya bisa sebagai ”pandangan hidup tertentu dari masyarakat, pride, aau kelompok tertentu.” jika kita melihat perkembangan yang ada di Madura dengan memaki definisi ini, berarti kita tidak mesti memikirkan faktor intlektual dan estetisnya, namun perkembangan sastra, hiburan, olah raga, dan upacara ritus religiusnya.

    Ketiga, wililiam menyatakan budaya bisa merujuk kepada ”karya dan praktek-praktek intlektual, terutama aktivitas atistik” karna dengan praktek-peraktek itulah, fungsi dan nilai bisa ditunjukkan, ada proses produksi, ada proses menciptakan makna tertentu. Defininisi budaya trakir ini mngarah pada apa yang disebut kaum strukturalis dan postruktualis sebagai ”praktek-praktek penandaan” (signifying practices). Dengan melihat beberapa definisi tersebut kita mngin bisa melihat bebrapa contoh dari beberapa budaya yand ada di madura.

    Dari beberapa uraian tentang definisi maka kita bisa melihat kedalam, apakah carok masuk dalam kata gori yang disebut oleh Williams atau tidak. Williams menyebutkan bahwa budya adalah sebuah proses intlektual, spritual dan etis—dan bagaimana dengan carok itu sendiri. Apakah carok memiliki unsur keintlektualan, apakah juga didalamnya terdapat unsur spritual dan etis, kalau tidak ada maka anggapa orang yang mengklaim carok sebagai budaya madura gugur dengan sendirinya.

    Apa yang terjadi carok seperti yang telah disinggung di atas bahwa dalam carok tidak unsur budaya, carok hanya

    Apakah tradisi itu budaya..? teradisi bukanlah budaya, karna teradisi hanya sebuah rutinitas masyarakat, dimana dalam tradisi itu sendiri masih belum ada sebuah kesepakat dan penilaiyan baik/buruk. Tradisi lingkupnya lebih mengarah pada individu, dan tidak akan dikenakan sangsi apapun bagi yang tidak melakukan tradisi itu sendiri. Contoh kecil adalah tradisi orang Madura, membuang sebagian nasi yang diperolah dari selamatan orang mati, hajatan ketika baru baru datang dari hajatan, atau selamatan orang mati, dengan unka ataau hajatan tertentu.. Membuang sebagian nasi merupakan tradisi orang madura, namun dalam tradisi ini hanya sebagian orang yang mengikuti atau melaksanankan. Bagi anak muda tradisi membuang nasi kini jarang dilakukan karna tak ada sangsi apa pun terhadap orang yang melanggar tradisi tersebut. Lain halnya dengan budaya.

    Sementara budaya merukan sebuah subsistem yang menjadi panutan pandangan bahkan jika orang tidak melakukan hal itu diklaim sebagain orang yang tidak baik, atau akan termarjinalkan oleh masysrakat. Taradisi bukan budaya, namun budaya merupakan sebuah tradisi, rutinitas masyarakat dan bagi yang mengingkarinya akn dikenakan sangsi moral. Contoh penyambutan tamu. Orang madura memiliki solidaritas, dan penghargaan yang tinggi terhadap tamu, dan itu merupakan budaya orang Madura. Jika ada orang yang tidak menyambut tamu dengan baik maka dia dianggap tidak sopan oleh orang lain, ada sangsi moral tersendiri.

    Lalu bagai mana dengan carok, apakah carok itu budaya. Sepintas pandangan di atas bisa memberikan sebuah pandangan sebagai jawab awal. Kemudian kita melangkah sedikit, memasuki detail carok itu sendiri. Memang carok mereupakan bagian dari sekala yang ada di Madura. Orang Madura dengan letak geografis yang tandus, panas dan gersang, talah membentuk karakter tersendiri terhadap orang-orang Madura itu sendiri.

    Dalam cerita rakyat (masyarakat) orang yang bercarok rata-rata mereka memperebutkan salah satu pasangan wanita, atau mengganggu, mengusik rumah tangga orang. Dari situlah muncul sebuah tendensi carok, tendensi itu merukan sebuah pengejawantahan, atau pembelaan, agar dia disebut jentelmen/jantan (laki-laki). Terjadinya carok terkadang karna dorongan terdekat famili, atau sekedar unjuk gigi dengan kelebihan (kekebalan tubuh) yang dimiliki. Contoh kasus sederhana yang terjadi pada salah seorang pelajar SMA Rudi, Dia memiliki pacar kemudian pacarnya selingkuh, dengan laki-laki lain. Pacar Rudi selingkuh dan diketahui teman-temannya, keudian temannya mengadu terhadap Rudi, disitulah terjadi pnghasutan dan sebagainya, yang pada endingnya Rudi bercarok dengan selingkuhan pacarnya.

    Rudi melakukan carok karena dia didorong oleh teman-temannya. Karna dorogan dari temanya itulah inseden meregangan nyawa itu terjadi, akhirnya Rudi mendekan dalm penjara akibat perbuatannya. Rudi malakukan bercarok karna dia ingin dipandang sebagai seoranh lelaki yang jentel/jantan. Carok dilakuakn berdasar keinginan dia sendiri, selingkuhan pacar Rudi tidak ada maksud untuk bercarok namun dia hanya ditekan leh keadaan dimana Rudi membabi buta denngan parang yang ia pegang. Kjadian itu tida diinginngan baik oleh lawan Rudi lebih orang lain, atau kedua orang tua mereka.

    Sealilagi carok bukanlah budaya sepeti asumsi orang carok hanya sebagian dari kesalapahan presipsi. Dalam carok tidak ada unsur estitik dan eik. Carok hanya sebuah peristiwa yang muncul dari individu dan dikecam secara umum oleh masyarakat umum, Madura khususnya. Masyarakat Madura seperti yang disampaikan guru sewaktu SMA tidak ada istilah carok menjadi budaya madura. Carok dikalim oleh orang sebagai budaya Madura lantaran kebetulan orang Madura ada yang bercercarok namun keberadaan iu bukanlah budaya.

    Banyak hal yang bertentangan, jika carok diklaim atau disebut sebagai budaya. Budaya Madura khususnya. Karna orang Madura sendiri tidak mengenal ”menganggap” carok sebagai budaya di Manudura, melainkan sebuah pristiwa biasa, yang tidak ada unsur budaya sedikitpun. Karna Bagaimana pun carok bertentang dengan adat dan kepercayaan orang Madura. Selain itu carok bertentangan dengan prundang-undangan yang berlaku di negara kia indonesia.  (Mahmudi)


    sumber: lontarmadura.com


    0 komentar:

    Posting Komentar