:
  • SELALU TERCEPAT DAN SELALU MEMAHAMI

    SELECT YOUR LANGUAGE


    Powered By Google Translate

    Budaya Bullying di Dunia Maya








    Memarahi orang ternyata memerlukan pendekatan tertentu jika tidak ingin terjebak pada perilaku bully. Saya sudah lama mengetahuinya tetapi sangat begitu menghayatinya ketika seorang teman sering menjadi sasaran kemarahan orang lain. Perasaan saya sebagai saksi dari “acara teriakan” itu menjadi tidak karuan dan saya ikut stres dan marah.

    Bukan hanya saya tetapi juga teman-teman lain merasakan perasaan yang sama dengan tingkat yang berbeda. Efek dari kemarahan, yang dibuka secara bebas terbuka, tidak bergerak satu arah antara subyek dan obyek yang terlibat. Emosi dari orang-orang di sekeliling subyek dan obyek juga ikut terseret.

    Kemarahan dalam suatu hubungan, apapun hubungan itu, membawa suatu akibat. Ada sebagian yang merasa bahwa kemarahan tidak perlu ditahan bahkan dikendalikan karena akan berbahaya.

    Namun, itu bukan berarti seseorang bisa marah dengan melecehkan dan merendahkan nilai seseorang sehingga cenderung menjadi perilaku bully. Bullying dikatakan seorang praktisi HR sebagai perilaku negatif yang mengontrol orang lain sehingga tak berdaya untuk bertahan atau melawan.

    Dan di dunia maya,bullying seperti di atas acap kali terjadi,terutama di dalam sebuah blog. Adapun praktek bullying itu sendiri tidak di rasakan oleh pelaku bullying,karena ketika melakukan praktek tersebut mereka merasakan satu kenikmatan sendiri.

    Berbeda dengan pembaca yang kebetulan membaca suatu postingan,di mana di dalam kolom komentar di hiasi bermacam model bullying. Dan bullying paling ampuh adalah para pelaku praktek bullying tadi menjadikan sebuah agama sebagai obyek yang mereka korbankan untuk menarik simpati komentator lain supaya terjun untuk ikut mempraktekan bullying tadi.

    Saya kebetulan menemukan tulisan ini,dan berkembang melebar melahirkan tulisan ini serta menjadikan salah satu kompasianer sebagai obyek bullying,dalam perjalanannya kompasianer yang menjadi obyek membuat tulisan ini,tapi malah menjadikannya sasaran empuk untuk kemudian di bullying secara gotong royong sebagai akumulasi dendam aktor-aktor khusus bullying di blog ini.

    Sebagai pembaca,saya merasa risih sekaligus ngeri,karena tak jarang para pelaku bullying ini juga menyerang siapa saja,selama berbeda pandangan,tak perduli kita lelaki,perempuan,bahkan orang yang lebih tua yang seharusnya di hormatipun akan mereka bullying.

    Sekedar catatan kecil pribadi saya,semoga ke depan hal semacam ini berangsur membaik,haruslah kita menjunjung tinggi nilai saling menghormati.



    Oleh : Ayudyah - Solo 17-7-2012
    Sumber : media.kompasiana.com


    0 komentar:

    Posting Komentar