Memburuknya kondisi kesehatan jamaah haji Indonesia bukan hanya pada menurunnya kesehatan fisik. Banyak pula jamaah yang mengalami berbagai gangguan kejiwaan. Balai Pengobatan Haji Indonesia (BPHI) Daerah Kerja Makkah mencatat 13 jamaah haji Indonesia butuh perawatan kejiwaan. Dengan berbagai kategori gangguan mental. Mereka pun dirawat dalam ruang isolasi.
’’Terpaksa perawatan bagi pasien yang mengalami gangguan mental itu dipisahkan. Karena memang tak mungkin disatukan bersama pasien lain,’’ ujar Kepala BPHI Makkah Agus Widiyatmoko di BPHI Makkah, Kamis (18/10).
Dia menerangkan jamaah yang mengalami gangguan mental itu memang bertingkat kondisinya. Namun secara umum jamaah tersebut memiliki gejala stres berat. Dengan indikasi yang juga bervariasi antar pasien tersebut.
Agus menyebutkan, banyak pasien berhalusinasi secara berlebihan. Akibatnya sering melakukan tindakan tidak wajar, bahkan mengancam keselamatan dirinya. ’’Jika tidak dijaga baik, sangat berpeluang pasien mendapatkan kecelakaan. Itulah yang kami hindari,’’ tegasnya.
Dengan kondisi tersebut, dia menambahkan penangannya perlu diisolasi. Menggunakan ruang tersendiri yang pintunya pun dikunci secara berlapis. Hingga terhindar dari berbagai kecelakaan.
Itu pun, sambung dia, masih ditambah dengan jumlah petugas kesehatan yang selalu siaga. Mereka mengawasi pasien secara menyeluruh. Termasuk mencegah dari tindakan yang juga membahayakan dirinya.
’’Ruang isolasi itu hanya upaya mencegah dari kecelakaan. Sekaligus memberikan treatment kepada pasien,’’ imbuh Agus Widiyatmoko.
Apakah gejala itu dibawa jamaah sejak di tanah air? Agus memastikan kondisi gangguan mental jamaah itu tidak ada selama di tanah air. Hal tersebut dibuktikan dari kondisi kesehatan jamaah yang dianggap sehat oleh petugas pemeriksa kesehatan haji.
Hanya saja, lanjut dia, gejala gangguan mental yang dialami jamaah haji bisa sangat terkait pada perubahan yang dialami. Artinya secara mental pasien belum bisa menerima perubahan alam, cuaca dan lingkunan secara baik. ’’Faktor perubahan yang ekstrem itulah yang membuat jamaah tersebut terindikasi gejala gangguan mental,’’ tambahnya.
Ditanya soal mayoritas jamaah yang menderita gangguan mental, Agus menyebutkan jamaah yang cenderung mengalami gangguan mental itu dari kalangan usia lanjut. Sedangkan usia dewasa masih relatif tidak ada.
Hal tersebut, menurut dia, lebih disebabkan faktor ketahanan fisik. Karena jamaah usia lansia tak dipungkiri memiliki kemampuan fisik yang juga menurun. Sehingga semakin sulit beradaptasi dengan perubahan iklim, geografis dan lingkungan di tanah suci. (*)
Sumber : padang-today.com
0 komentar:
Posting Komentar