:
  • SELALU TERCEPAT DAN SELALU MEMAHAMI

    SELECT YOUR LANGUAGE


    Powered By Google Translate

    Kisah Perjuangan Haji Di Tanah Amerika



    KAIRO (HALINDSHOP) – Perjalanan spiritual melalui ibadah Haji kini secara menarik ditampilkan lewat sebuah film yang mencoba menggambarkan ibadah yang diketahui sebagai salah satu perjalanan tertua. Yang menarik, film tersebut ditujukan bagi dunia non-Muslim untuk membantu memahami Islam.

    "Kita dapat memahami Islam lewat perjalanan Haji," Taran Davies, sutradara film berjudul Journey To Mecca" (Perjalanan Menuju Mekkah)", menjelaskan pada Jum'at 19 Oktober.

    Film berbahasa Arab dan Inggris yang diperkirakan menghabiskan dana $ 13 juta tersebut secara apik ditampilkan selama 45 menit, menceritakan tentang Ibnu Battuta, seorang pengelana dan penjelajah Arab yang mencoba melakukan perjalanan Haji dari kampung halamannya di Maroko menuju tanah suci Mekkah.

    Perjalanan tersebut menjadi fokus utama dalam film ini, dimana drama kehidupan Battuta diceritakan dengan indah.

    Film tersebut didanai oleh Muslim dan non-Muslim dan diedarkan oleh National Geographic dengan narator oleh aktor terkemuka Inggris, Ben Kingsley.

    Untuk pertama kalinya dalam dunia film, kamera IMAX digunakan untuk mengambil gambar pemandangan perjalanan Haji yang diikuti ribuan orang.

    Namun proses pembuatan film ini tidak selalu berjalan mulus.

    Tantangan pertama dan yang tersulit adalah mendapatkan izin untuk melakukan pengambilan gambar di tanah suci.

    Dan mengumpulkan awak untuk membuat perjalanan ribuan orang juga bukanlah hal yang mudah.

    Davies bersama wakil pengarah, Dominic Cunningham-Reid dan pengarah Bruce Neibaur harus rela melakukan proses pengambilan adegan sekitar 10 mil dari kota suci Mekkah karena umat non-Muslim dilarang memasuki wilayah tersebut.

    Namun kini semua masalah tersebut terasa hilang ketika film tersebut telah siap ditunjukkan kepada dunia.

    Saat ini film "Journey To Mekkah" telah diputar di Michigan, Toronto, dan Kanada.

    "Kami sangat bersyukur semuanya telah selesai dengan baik. Dan seluruh pihak yang telah menonton film itu menunjukkan dukungannya."

    Jutaan Muslim tiap tahunnya berkumpul bersama dalam ibadah Haji untuk mengingat kisah Nabi Ibrahim dan keluarganya.

    Siapa saja Muslim dewasa yang sanggup secara fisik dan harta, wajib melaksanakan Haji sekali seumur hidup mereka.

    Bagi Davies, pilihan yang diambilnya ketika membuat film tentang Islam, meski dia bukanlah seorang Muslim, adalah cara untuk merubah pandangan dunia Barat terhadap islam.

    "Semua orang mengatakan, "Apakah kamu sudah gila? Itu kan berbahaya!," kenangnya ketika dia memulai proses pembuatan film empat tahun lalu.

    Tragedi 11 September 2001 telah menjadi titik balik bagi dirinya.

    Pria lulusan Harvard ini memutuskan untuk berhenti dari pekerjaannya di sebuah firma investasi dan melakukan perjalanan ke Afghanistan untuk mempelajari sejarah dan kebudayaan Islam dan membuat film yang dapat membantu dunia melihat lebih baik tentang Islam.

    "Sangat jelas saya harus melakuakn sesuatu. Dan menuju Afghanistan adalah langkah yang tepat, karena disana saya melihat sudut pandang yang berbeda."

    Film pertamanya, Afghan Stories, dianggap sebagai pionir dunia film yang membahas tentang keadaan Timur Tengah yang akhirnya diikuti beberapa negara lainnya.

    Sedang beberapa film besutannya berjudul "The Land Beyond the River", membawanya ke Uzbekistan dan Tajikistan, serta film "Mountain Men and Holy Wars" diambil di Chechnya.

    Davies menuturkan mengenai filmnya tentang Haji, menceritakan bagaimana masing-masing pengelana memperlakukan satu sama lain, membawa perubahan bagi sudut pandang dunia Barat terhadap islam.

    "Yang harus kami lakukan hanya melihat dibalik sudut pandang yang ditampilkan media mengenai Islam sebagai teroris, dan merubahnya menjadi pesan perdamaian."

    "Bukankah hal itu menyenangkan? (io/sm) 




    Sumber : suaramedia.com


    0 komentar:

    Posting Komentar