Ada beberapa aliran tarekat yang berkembang, yaitu Chisytiyah Khwaja (“Guru”) yang dikembangkan Abu Ishaq Chisyti, Suhrawardiyah yang dikembangkan Syeikh Ziauddin Jahib Suhrawardi, Naqsyabandiyah yang dikembangkan Khaja Bahauddin Naqsyabandi (wafat kira-kira 1389 M), serta tarekat Qadariyah yang diadakan oleh para pengikut Abdul Qadir dari Gilan yang lahir di Nif, distrik Gilan, sebelah selatan Laut Kaspia.
Tiap-tiap aliran tarekat tersebut memiliki metode sendiri untuk mendekatkan diri kepada Sang Pencipta. Salah satu metode tersebut adalah lewat suluk.
Dalam ilmu tasawuf, suluk atau iktikaf merupakan penyebutan untuk kegiatan pelatihan spiritual intensif bagi murid-murid tarekat di bawah bimbingan seorang guru atau mursyid. Suluk merupakan perjalanan rohani seseorang agar dekat kepada Allah SWT.
Novel berjudul Suluk karya Bambang Mulyantono atau Bamton ini merupakan sepenggal kisah nyata berlatar kehidupan sekelompok orang pengikut Tarekat Naqsabandiyah di Desa Curug, Kecamatan Bojongsari, Depok, Jawa Barat.
Sang tokoh, Rahina, yang terlahir dan dibesarkan di lingkungan keluarga Muslim yang kejawen ingin mencari tuntunan ajaran Islam yang lengkap dan utuh. Pertemanannya dengan pemeluk agama Kristen, Katolik, Hindu, dan Budha pada saat sekolah dan kuliah menambah keyakinannya akan Islam sebagai agama yang paripurna, memberi ruang pemahamanan eksoterik (lahir) ,seperti shalat, zakat, puasa, dan haji.
Juga, ruang penghayatan keagamaan esoterik (batin), seperti halnya retreat, bertapa, atau meditasi. Laku Islam yang sesuai tuntutan Rasulullah SAW inilah yang dicari oleh Rahina.
Pencarian itu mendapatkan jawaban ketika dia mencari pekerjaan di Jakarta dan tinggal di pinggiran. Rahina mengikuti amalan zikrullah dengan metode Tarekat Ahlusunnah wal jamaah bernama Tarekat Naqsabandiyah al-Khalidiyah.
Mempelajari tarekat seperti yang dijalani Rahina tak ubahnya dengan bersekolah, yaitu ada proses pendaftaran, ujian masuk, penerimaan, mendapat pelajaran dan tugas-tugas rumah, tatap muka dengan guru, hingga ujian kenaikan kelas. Laku suluk atau iktikaf dalam novel ini dilukiskan sebagai proses ujian kenaikan kelas bagi jamaah pengamal tarekat.
Hal penting yang harus diperhatikan oleh calon murid yang ingin belajar tarekat adalah mendapatkan guru yang memiliki silsilah dan terhubung langsung dengan Rasulullah SAW. Hikmah lain yang bisa dipetik dari mengenal silsilah guru-guru tersebut adalah mengenal sejarah Islam dari perspektif yang berbeda dengan yang selama ini diajarkan dan merujuk pada sumber-sumber Barat.
Dengan membaca novel ini, pembaca tidak hanya disuguhi cerita yang menarik, tapi juga mendapatkan pengetahuan tentang sejarah tasawuf dan tarekat, silsilah keguruan Tarekat Naqsabandiyah, dan sejarah masuknya Islam di Nusantara.
Sumber : republika.co.id
0 komentar:
Posting Komentar