Beberapa Muslimah Cina tengah shalat di Masjid Lulan, masjid bagi kalangan perempuan di Cina. (Foto : onislam.net) |
BEIJING -- Dibangun selama berabad-abad lalu, masjid Lulan yang berlokasi di provinsi Barat Laut, telah berubah fungsi menjadi masjid perempuan. Bagi kalangan Muslim Hui, berubahnya fungsi tersebut merupakan wujud penghargaan terhadap hak Muslimah Cina.Ma Guifang, salah seorang sesepuh Muslim Hui, 80 tahun, mengaku tidak semua Muslimah Cina dapat menikmati hak istimewa.
"Mendatangi masjid ini membuat saya merasa diberkati," kata dia seperti dikutip China Daily, Selasa (20/11). Selama 20 tahun terakhir, Muslimah Hui berusia lanjut rutin mendatangi masjid khusus perempuan. Ini menjadi fenomena unik.
Yang menarik, meski dihadiri jamaah perempuan, masjid itu tidak memiliki imam perempuan. Imam masjid itu tetap dijabat oleh laki-laki. Hebatnya lagi, mereka mampu mengurus masjid itu secara swadaya.
Ma Lan, 46 tahun, misalnya, ia bertugas untuk menyalakan pemanas air untuk menghangatkan air yang digunakan sebagai wudhu. Ia memulai tugasnya sebelum adzan Subuh berkumandang. "Semua pekerjaan dilakukan oleh perempuan. Demikian pula dengan pembiayaan masjid yang didanai melalui sumbangai jamaah perempuan," kata dia.
Setiap bulan, masjid Lulan mampu mengumpulkan sumbangan 2.000 - 3.000 Yuan atau 321 - 481 dolar AS. Sumbangan terbesar terkumpul pada pelaksanaan shalat Jumat. Sebab, jamaah yang hadir pada pelaksanaan shalat Jumat sebanyak 150 orang. Sekjen Asosiasi Islam Cina, Jin Rubin, menilai fenomena itu hanya ada di Cina. Namun, bukan hal yang umum dikalangan Muslim Cina.
"Yang pasti, masjid khusus perempuan telah mendorong taraf pendidikan yang lebih baik pada Muslimah Cina," kata dia. Pendapat senada diutarakan Wang Yuming, Direktur Masjid Xihu Lanzhou. Menurut dia, Islam sangat mendukung kemajuan perempuan. Itu karena Islam percaya perempuan memiliki peranan penting dalam pendidikan awal dari keluarga.
"Dari peran perempuan, akan tercipta masyarakat yang stabil," kaa dia. Sesepuh Muslimah Hui, Ma Lanying, 76 tahun, mengatakan menuntut ilmu tidak mengenal umur. Apalagi ilmu yang dimaksud tentang Islam dan Alquran. "Saya merasa bangga dapat memahami Alquran dan tahu maksud dari kewajiban muslim melaksanakan shalat," kata dia.
Muslimah Hui, Ma Aizheng, mengatakan mempelajari Alquran memberi dukungan besar bagi kualitas spiritual dirinya. "Selesai pensiun, saya banyak waktu luang. Saya putuskan untuk pelajari Alquran," katanya.
Sumber : ROL
0 komentar:
Posting Komentar