New York: Sejumlah harapan diletakkan di bahu Barack Hussein Obama saat disumpah 20 Januari 2009 lalu. Obama diharapan umat muslim dunia untuk memperbaiki hubungan dunia Islam dengan Negara Barat.
Presiden Obama ingin memperbaiki hubungan dunia Islam dengan Amerika Serikat yang sudah lama rusak akibat kesalahpahaman berkelanjutan, baik akibat ulah media maupun mereka yang tidak paham Islam.
Saat ini di AS terdapat hampir tujuh juta penganut Islam dari total penduduk 314 juta jiwa. Sebanyak 20 persennya merupakan warga AS yang baru masuk islam. Pendapatan muslim AS berada di atas rata-rata warga lainnya. Tercatat saat ini ada lebih dari 2100 masjid. Jumlah ini naik 70 persen sejak tahun 2000.
Dalam kepemimpinan Obama kita juga melihat adanya insiden pembakaran masjid di Joplin Missouri yang terjadi dua kali. Dilaporkan juga adanya ancaman pembakaran kitab suci Al-Quran, perlakuan rasis, seperti berbagai ancaman fisik maupun verbal terhadap warga muslim AS.
Islam sudah berada di AS sejak sekitar tahun 1500. Mereka ikut dalam perang sipil, menjadi budak dan menjadi tokoh perjuangan kebebasan. Namun, Islam baru dikenal kembali masyarakat AS sesaat setelah tragedi 911, dengan dibantu media massa AS yang memojokkan Islam dan tema perang terhadap teror.
Warga muslim AS juga seringkali di mata-matai karena agama atau mendukung gerakan sipil lainnya. Mereka merasa selalu disorot dan menjadi korban karena agama mereka. Hasil penelitian “Pew” mengatakan, warga muslim AS sering menjadi target di bandara, di jalanan, dan di berbagai tempat lainnya.
Apakah kondisi di AS berubah setelah Osama bin Laden dibunuh? Seorang mantan agen mata-mata AS, CIA, Michael Scheuer mengatakan walaupun Osama sudah dibunuh, sebenarnya 'musuh' Washington itu tidak ada sejak awal.
Presiden Obama sudah mengunjungi berbagai negara muslim dunia dan mengenal banyak masyarakatnya. Sedikitnya 11 persen warga AS menuduh dia penganut Islam. Selain karena namanya, sebagian juga mengatakan dia terlalu dekat dengan rakyat Timur Tengah.
Sementara itu kebijkan AS untuk tetap di Irak dan Afghanistan, hingga menambah jumlah anggaran dan pasukan, dipertanyakan berbagai pihak. Terlebih setelah semakin meningkatnya korban serangan militer AS tanpa awak hingga menimbulkan kemarahan rakyat Pakistan dan Afghanistan.
Hingga kini biaya perang yang dikeluarkan rakyat AS terus meningkat. Gabungan antara Irak dan Afghanistan saja sudah mencapai lebih dari 1,3 triliun Dollar AS. Semua dana yang dikucurkan telah menghancurkan kehidupan, baik rakyat AS maupun negara yang mereka invasi.
Sumber : metrotvnews.com
0 komentar:
Posting Komentar