 |
| ilustrasi |
LONDON - Krisis ekonomi yang mengakibatkan kemiskinan mendorong sejumlah wanita di negara miskin Eropa menjadi Pekerja Seks Komersial (PSK). Mereka memilih seperti itu karena tidak tersedianya pekerjaan yang lebih layak.
Seorang PSK dari Bulgaria, Tsvetelina Ivanova mengatakan, sekali perempuan dipaksa menjadi PSK maka akan sulit melepaskan diri.
"Bahkan ketika anda lari, anda terpaksa kembali ke pekerjaan yang sama. Namun setidaknya anda bekerja untuk diri sendiri, " ujar PSK yang bekerja di Amsterdam sejak 2008 tersebut, Kamis (6/12).
Hukum yang ada di negara bisa jadi sudah melindungi dari perdagangan manusia, tetapi penuntutan atas kasus tersebut di negara-negara besar seperti Amerika Serikat (AS) masih sering diacuhkan. Bahkan keluarga di negara-negara miskin memilih menjual anak-anak mereka untuk dijadikan budak.
"Penjualan anak-anak untuk kerja paksa biasanya untuk dieksploitasi di industri buah, sayuran serta kapal ikan, " ujar Pendiri lembaga anti perdagangan manusia Not For Sale, David Batstone.
Sekretaris Commonwealth di Inggris, Douglas Alexander mengatakan pemangkasan anggaran pemerintah untuk bantuan luar negeri juga menyulitkan perlawanan pada perdagangan manusia dan membatasi tindakan hukum untuk pelaku.
"Ini menjadi kendala di setiap negara. Kondisi tersebut membuat korban penjualan manusia semakin buruk, " ujarnya.
Dalam studi Organisasi Buruh Internasional (ILO) pada Juni mengungkapkan 56 persen atau sekitar 11,7 juta pekerja paksa berada di wilayah Asia Pasifik, 18 persen di Afrika, dan 9 persen di Amerika Latin.
Sumber: Reuters
0 komentar:
Posting Komentar