:
  • SELALU TERCEPAT DAN SELALU MEMAHAMI

    SELECT YOUR LANGUAGE


    Powered By Google Translate

    Menapaki Sejarah Dan Unsur Motif Batik Megamendung Cirebon !



    Sejarah Motif Batik Megamendung
    Sejarah munculnya motif megamendung bersumber pada buku dan literatur yang ada sering mengarah pada sejarah masuknya bangsa China ke wilayah Cirebon. 

    Hal ini tidak mengherankan sebab pelabuhan Muara Jati di Cirebon adalah tempat singgah para imigran dari dalam dan luar negeri. Terekam jelas dalam sejarah, bahwa Sunan Gunung Jati yang menyebarkan agama Islam di daerah Cirebon pada abad ke-16, menikahi Ratu Ong Tien dari China. Sejumlah benda seni yang dibawa dari China semacam keramik, piring dan kain berhiaskan gambar awan. Dalam faham Taoisme, gambar awan melambangkan dunia atas. 

    Gambar awan adalah gambaran dunia luas, bebas dan mempunyai makna transidental (Ketuhanan). Konsep mengenai awan juga berpengaruh di dunia kesenirupaan Islam pada abad ke-16, yang dikenakan kaum Sufi untuk ibarat dunia besar atau alam bebas. Pernikahan Sunan Gunung Jati dengan Ratu Ong Tien menjadi pintu gerbang masuknya budaya dan tradisi China ke keraton Cirebon. 

    Para pembatik keraton menumpahkan budaya dan tradisi China ke dalam motif batik yang mereka buat, namun dengan sentuhan khas Cirebon, jadi ada perbedaan antara motif megamendung dari China dan yang dari Cirebon. Contohnya, pada motif megamendung China, garis awan berbentuk bulatan atau lingkaran, sedangkan yang dari Cirebon, garis awan cenderung lonjong, lancip dan segitiga.

    Sejarah batik di Cirebon juga terikat dengan pertumbuhan gerakan tarekat yang kabarnya berpusat di Banjarmasin, Kalimantan Selatan. Membatik pada mulanya dikerjakan oleh anggota tarekat yang mengabdi di keraton sebagai sumber ekonomi untuk membiayai kelompok tarekat tersebut. Para pengikut tarekat tinggal di desa Trusmi dan sekitarnya. Desa ini terletak kira-kira 4 km dari Cirebon menuju ke arah barat daya atau menuju ke arah Bandung. Oleh sebab itu, hingga sekarang batik Cirebon identik dengan batik Trusmi.

    Unsur Motif Batik Megamendung
    Motif megamendung yang pada mulanya sering berunsurkan warna biru diselingi warna merah melukiskan maskulinitas dan suasana dinamis, sebab dalam metode pembuatannya ada campur tangan laki-laki. Kaum laki-laki anggota tarekatlah yang pada mulanya merintis tradisi batik. 

    Warna biru dan merah tua juga melukiskan psikologi masyarakat pesisir yang lugas, terbuka dan egaliter. Selain itu, warna biru juga disebut-sebut menyimbolkan warna langit yang luas, bersahabat dan tenang juga menyimbolkan pembawa hujan yang dinanti-nantikan sebagai pembawa kesuburan dan pemberi kehidupan. Warna biru yang dipakai mulai dari warna biru muda hingga dengan warna biru tua. Biru muda menyimbolkan makin cerahnya kehidupan dan biru tua menyimbolkan awan gelap yang berisi air hujan dan memberi kehidupan. 

    Dalam pertumbuhannya, motif megamendung mengalami banyak peningkatan dan dimodifikasi sesuai permintaan pasar. Motif megamendung digabungkan dengan motif hewan, bunga atau motif lain. Sebenarnya kombinasi motif seperti ini sudah dilakukan oleh para pembatik tradisional dari dulu, tetapi perkembangannya menjadi sangat pesat dengan adanya campur tangan dari para perancang busana. Selain motif, warna motif megamendung yang mulanya biru dan merah, sekarang berkembang menjadi beragam macam warna. Ada motif megamendung yang berwarna kuning, hijau, coklat dan lain-lain.

    Sumber : wikipedia


    0 komentar:

    Posting Komentar