ilustrasi |
Dosen Sekolah Tinggi Agama Islam Nahdlatul Ulama (STAINU), Ahmad Sudrajat, mengatakan makna hijrah dalam arti luas melakukan perubahan ke arah yang lebih baik di jalan Allah.
Ini harus dilakukan manusia secara individu maupun makhluk sosial. Sama dengan hijrah individu, hijrah sosial harus dilakukan setiap tahun. Karena kalau tidak ada perubahan sama sekali berarti jiwa sosial orang tersebut stagnan, sehingga termasuk orang-orang merugi.
Perubahan sosial ini, kata Ahmad, harus dilakukan secara signifikan di segala bidang, meliputi ekonomi masyarakat, sosial, dan budaya. Jadi, perubahan itu bukan sekadar menyampaikan teori, apalagi hanya kritikan, tetapi diikuti dengan solusinya.
Bila hanya kritik semua juga bisa, dan bisa menimbulkan gesekan, tapi harus dengan solusi sehingga perubahan itu semakin nyata. “Perubahan itu pun harus dilakukan karena ketakwaan kepada Allah,” ujar Ahmad.
Ia menambahkan, untuk itulah pentingnya memperkuat silaturahim dengan lingkungan masyarakat sekitar. Karena manfaat silaturahim luar biasa, bisa mencairkan suasana yang tadinya membeku.
Manfaat silaturahim luar biasa, bisa mencairkan suasana yang tadinya membeku.
Dari yang tidak kenal dengan tetangga, kini mulai menjalin silaturahim, dan aktif mengikuti berbagai kegiatan di lingkungan masyarakat.
“Meskipun perubahan yang dilakukan itu kecil, tapi tetap mempunyai nilai hijrah,” ujar Dosen Sekolah Tinggi Agama Islam Nahdlatul Ulama (STAINU), Ahmad Sudrajat.
Ahmad yakin, bila semua orang melakukan hijrah sosial, tidak akan ada lagi yang namanya kemiskinan, putus sekolah, kesusahan, dan ketakutan. Justru hijrah sosial menciptakan kekuatan bagi umat Islam.
“Makanya, hijrah sosial tidak bisa dilakukan sendiri, tetapi bersama-sama,” kata Ahmad. Langkah ini tidak mudah. Ada egoisme di sana, rendahnya sikap toleransi, dan kurangnya kesadaran memperkuat perubahan diri di masyakarat.
Menurutnya, ini bisa diatasi, antara lain, dengan menambah ilmu pengetahuan, memperluas wawasan, dan mau bergaul seluas-luasnya. Karena berbeda sekali pandangan antara orang-orang yang berilmu dengan tidak berilmu.
Mereka yang kaya ilmu justru semakin tawadu, tidak sombong, dan sangat menghormati orang lain. Makanya, umat Islam jangan pernah berhenti menuntut ilmu dan bergaul agar cakrawala wawasannya semakin luas.
Sayangnya, lanjut Ahmad, hijrah sosial belum dipahami secara totalitas oleh sebagian umat Islam. Padahal, bila hal ini dimengerti dan dilaksanakan dengan baik, maka niscaya mereka akan berlomba-lomba berhijrah. Ia memandang perlunya revitalisasi makna hijrah agar umat Islam memahami dan segera melakukan perubahan ke arah yang lebih baik.
Sumber Referensi : ROL
0 komentar:
Posting Komentar