ilustrasi : Kemunafikan (Foto : insanshalih.blogspot.com) |
Sikap munafik (tidak adanya kesesuaian antara ucapan dan hati serta tindakan) banyak kita temui dalam perjalanan sejarah kemanusiaan, termasuk di dunia modern dan dunia maya dewasa ini.
Jika hal tersebut berkaitan dengan keimanan dan keyakinan biasanya dikenal dengan istilah Munafik I'tiqadi.
Allah SWT berfirman : "Apabila orang-orang munafik datang kepadamu (Muhammad), mereka berkata: "Kami mengakui bahwa engkau adalah Rasul Allah." Dan Allah mengetahui bahwa engkau benar-benar Rasul-Nya dan Allah menyaksikan bahwa orang-orang munafik itu benar-benar pendusta." (QS. Al-Munafiqun: 1).
Namun jika kemunafikan tersebut berkaitan dengan perbuatan seperti berdusta, berkhianat dan ingkari janji, maka hal tersebut disebut dengan Munafik Ghairu I'tiqadi. Rasulullah SAW bersabda: "Tanda-tanda orang munafik ada tiga: jika berbicara berbohong, jika dipercaya berkhianat dan jika berjanji tidak ditepati." (HR. Muslim).
Hukum Munafik 'Amali (Ghairu I'tiqadi) sama dengan hukum fasiq, yang merupakan suatu kemaksiyatan dan pelakunya harus meminta maaf kepada manusia serta bertobat kepada Allah SWT.
Hal tersebut karena kemunafikan menyalahi keimanan serta dampaknya sangat berbahaya bagi kesehatan jiwa dan masyarakat. Lebih dari itu, kemunafikan belum ditemukan obatnya kecuali dengan mengikis habis sifat keburukannya dan menggantinya dengan fikih keimanan.
Kemunafikan memiliki banyak tanda selain tiga yang disebutkan Rasulullah SAW di atas. Di antara tanda-tanda tersebut adalah:
Pertama, orang-orang munafik memiliki sifat gemar merusak, bukan membangun; mengacaukan, bukan memperbaiki; mengganggu, bukan menkondisikan kebaikan. Allah SWT berfirman: "Dan apabila dikatakan kepada mereka, "Janganlah berbuat kerusakan di bumi!" Mereka menjawab, "Sesungguhnya kami justru orang-orang yang melakukan perbaikan." Ingatlah, sesungguhnya merekalah yang berbuat kerusakan, tetapi mereka tidak menyadari." (QS. Al-Baqarah: 11-12).
Kedua, orang munafik memiliki kebiasaan dan perangai menuduh, menghina dan menjelek-jelekkan kaum muslimin. Allah SWT berfirman: "Dan apabila dikatakan kepada mereka, "Berimanlah kamu sebagaimana orang lain telah beriman!" Mereka menjawab, Apakah kami akan beriman seperti orang-orang yang kurang akal itu beriman?" Ingatlah, sesungguhnya mereka itulah orang-orang yang kurang akal, tetapi mereka tidak tahu." (QS. Al-Baqarah: 13).
Ketiga, orang munafik berpura-pura berperilaku layaknya orang yang beriman, tetapi dengan visi dan misi keburukan. Allah SWT berfirman: "Sesungguhnya orang munafik itu hendak menipu Allah, tetapi Allah-lah yang menipu mereka. Apabila mereka berdiri untuk salat, mereka lakukan dengan malas. Mereka bermaksud ingin dipuji di hadapan manusia. Dan mereka tidak mengingat Allah kecuali sedikit sekali." (QS. An-Nisa': 142).
Keempat, orang munafik selalu berusaha menghalangi orang lain dalam menjalankan ketaatan kepada Allah SWT dengan cara dan tipu daya apa pun (QS. An-Nisa': 61).
Kelima, orang-orang munafik memiliki visi yang berbeda dengan orang beriman, yaitu menyuruh kemungkaran dan mencegah yang makruf (QS. At-Taubah: 67).
Mudahnya mengidentifikasi kemunafikan dalam dunia ide, tidak semudah mengidentifikasikannya dalam kehidupan, sehingga setiap jiwa harus berhati-hati dengan sikap tersebut, terlebih jika memengaruhi kepribadian jiwa seseorang. Seorang yang berakal harus mendayafungsikan akal dan mengikuti kata hatinya, sehingga ia berjalan di atas cahaya Allah SWT. Wallahu a'lam.
Dari : Dr Muhammad Hariyadi, MA (Republika Online)
0 komentar:
Posting Komentar